Keberadaan kebun raya yang dimiliki suatu negara sangatlah bermanfaat. Khususnya, bagi pelestarian keberagaman hayati (konservasi). Terlebih lagi mengingat Indonesia yang memiliki ribuan jenis flora yang dapat digunakan untuk beragam manfaat. Kehadiran kebun raya seperti di kebun raya Bogor, juga menjadi bentuk salah satu pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang di dalamnya juga berbicara tentang pariwisata berkelanjutan.
Kebun raya merupakan sebuah ekosistem yang dibangun dengan metode eksitu. Metode eksitu adalah metode pelestarian keanekaragaman hayati yang dilakukan dengan cara mengambil beberapa sampel fauna atau flora dari wilayah aslinya. Bertujuan untuk konservasi, perlindungan, serta pengembangbiakan.
Metode eksitu juga dilakukan saat ekosistem asli tempat flora maupun fauna tersebut tinggal telah mengalami kehancuran atau rusak, dan membutuhkan waktu untuk dapat layak ditinggali kembali. Metode eksitu sebagai upaya konservasi dengan cara melindungi, merawat, dan mengembangbiakkan spesies langka sehingga masa hidup mereka bisa lebih lama.
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Didik Widyatmoko menyampaikan, selain memiliki fungsi konservasi, kebun raya juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan rekreasi.
“Semua fungsi ini harus dapat bersinergi. Terlebih lagi KRB sebagai kebun raya tertua di Indonesia dan telah memiliki ribuan spesimen tanaman yang berasal dari dalam dan luar negeri. Ini potensi yang sangat besar untuk dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam mengembangkan ekowisata,” terang Didik.
Sebagai sarana rekreasi, tiap akhir pekan ribuan warga memadati area Kebun Raya Bogor untuk menikmati liburan dengan keanekaragaman tumbuhan dan pohon. Ada sejumlah lokasi favorit masyarakat yang berkunjung ke daerah ini, dari melihat keindahan danau, kecantikan ragam tanaman anggrek, hingga museum. Para pengunjung tidak saja berasal dari masyarakat sekitar Bogor, tetapi juga berasal dari berbagai daerah. Para turis dari berbagai negara juga menjadikan Kebun Raya Bogor tujuan berkunjung.
Data dari Kebun Raya Bogor memperlihatkan jumlah kunjungan pada September 2018 adalah turis asing sebanyak 21.351 dan domestik 1.060.644 sehingga totalnya mencapai 1.081.995 orang.
“Data tersebut adalah jumlah pengunjung yang membayar tiket. Untuk siswa SD hingga perguruan tinggi hanya dikenakan 50 persen biaya tiket,” papar Didik.
Kebun Raya Bogor memiliki luas 87 hektar dengan 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Sejumlah lokasi yang difavoritkan pengunjung, antara lain Taman Araceae, Taman Teijsmann, Taman Meksiko, Taman Sudjana Kassan, dan Orchidarium.
Kubah botani
Mengutip Krbogor.lipi.go.id, telah hampir setahun ini terdapat wahana baru bernama Ecodome. Wahana ini didatangkan dari Philadelphia Amerika Serikat berkat kerja sama antara Kebun Raya Bogor LIPI, Kedutaan Belanda, dan Erasmus Huis. Keberadaannya di Kebun Raya Bogor LIPI hanya berlangsung selama satu tahun, yakni dari November 2017 hingga November 2018.
Ecodome merupakan wahana yang di dalamnya terdapat tanaman-tanaman yang ditata sedemikian rupa sehingga memberikan nilai artistik. Namun lebih jauh lagi, di dalam Ecodome ini terdapat sarana pendidikan lingkungan, kegiatan pameran yang berkaitan dengan lingkungan dan iptek, ekosistem, seni, musik, dan budaya.
Keberadaan Ecodome diharapkan dapat menjadi wahana dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang pentingnya keterjagaan ekosistem dan lingkungan yang baik sehingga terjamin keberlanjutannya. Ecodome menjadi sebuah miniatur lingkungan yang dapat mengingatkan manusia harus menyelaraskan keberadaannya dengan alam sekitar.
Ecodome dikembangkan oleh Nico Wissing dan Lodewijk Hoekstra dari NL Greenlabel, yang bertugas di Kementerian Urusan Ekonomi Belanda. Setelah bertahun-tahun bekerja keras, akhirnya Ecodome tumbuh menjadi sebuah oasis yang inovatif.
Dengan teknik dan konsep alami yang mempromosikan kemajuan serta karakter “hijau” dari pemerintahan Belanda. Inovasi-inovasi yang terdapat di dalam Ecodome di antaranya pintu iklim yang sehat di mana pintu tersebut dapat membersihkan 10.000 meter per kubik udara kotor perjam melalui sebuah saringan tertentu.
Selain itu, desain bagian luar dari Ecodome dilapisi lumut sehingga dapat menjaga air hujan serta menyerap bakteri dari udara. Bangunan ini kaya akan tanaman dan bunga tropis, serta bidang di tengah-tengah dome terdapat sebuah konstruksi besar tingginya 10 meter berwarna oranye dengan sejumlah bangku untuk duduk-duduk.
Pengunjung dapat duduk dan menikmati pemandangan khusus di sini. Ecodome ditempatkan selama setahun, sebagai hadiah dari Pemerintahan Belanda dalam rangka memeriahkan 200 Tahun Kebun Raya Bogor.
Tertarik melihat Ecodome langsung? Yuk, segera berkunjung ke KRB, mumpung Ecodome masih ada di sana hingga akhir November ini. [*/ACH]
foto: Dok Kementerian Pariwisata dan Biro Kerja Sama, Hukum, dan Hubungan Masyarakat LIPI