Ini Alasan Bayi Harus Melalui Tahapan Merayap dan Merangkak

by bkrismawan

Barangkali sebagian orangtua bertanya-tanya, kapan anak mulai butuh diberi kesempatan untuk belajar? Jawabannya, sejak detik pertama ia lahir. Bayi yang baru lahir berjuang keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang asing. Ia mesti mengatasi keadaan buta, tuli, dan tidak bergerak. Ia punya tugas dan keinginan besar untuk melihat, mendengar, meraba, dan bergerak pada setiap kesempatan yang ada. Peran orangtua, memberikan bayi kesempatan-kesempatan itu dan membantu bayi menyelesaikan tugasnya.

Mari membahas salah satunya, bergerak. Kebanyakan bayi dibungkus dengan pakaian rapat, bahkan bedong, yang menghalangi upayanya untuk bergerak. Ia juga kerap dibaringkan telentang. Posisi telentang itu membuat dorongan dari tangan dan kakinya menjadi sia-sia, tidak menghasilkan gerak maju.

Seperti dikutip dari Yes, Your Baby is A Genius karangan Glenn Doman dan Janet Doman, seorang bayi butuh dibaringkan tengkurap di atas permukaan yang rata dan hangat. Dengan begitu, gerakan tangan dan kakinya yang tampak acak menjadi gerakan produktif yang menghasilkan gerak ke depan. Dan ia menikmati setiap percobaan gerak serta keberhasilan upayanya!

Tahapan mayor

Pencapaian besar seorang bayi dalam bergerak adalah berjalan. Namun, untuk sampai ke titik ini, bayi mesti menjalani empat tahapan penting yang berurutan dan tidak bisa dilewatkan.

Yang pertama, gerakan tanpa perpindahan. Bayi mulai mampu menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi belum mampu menggunakannya untuk memindahkan badannya dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, ketika bayi merasakan bahwa dengan menggerakkan lengan dan kakinya dengan cara tertentu pada posisi perut menekan lantai, ia dapat berpindah dari titik satu ke titik lain. Ini adalah merayap.

Ketiga, merangkak. Bayi belajar melawan gravitasi untuk bangkit dengan bertumpu pada tangan dan lututnya untuk bergerak melintasi lantai. Keempat, berjalan. Ketika bayi bertumpu pada kakinya untuk bergerak.

Irene F Mongkar, pakar stimulasi anak dan praktisi metode Glenn Doman mengatakan, merayap dan merangkak adalah salah satu tonggak perkembangan motorik bayi. “Ketika merayap, anak belajar merasakan permukaan, mengenal dunia dalam dua dimensi, konvergensi, perspektif, navigasi, dan orientasi ruangan. Ia juga belajar mengamati dan peka pada sekitar. Sedangkan pada tahap berikutnya, yaitu merangkak, anak belajar bertumpu, melawan gravitasi, menyeimbangkan diri, melihat dalam tiga dimensi, serta meningkatkan kemampuan konvergensi dan perspektifnya,” tutur perempuan yang juga menggagas GymnAdemics Indonesia ini, Selasa (18/4).

Ketika bayi belajar merayap atau merangkak, orangtua juga mesti memperhatikan koordinasi tangan dan kaki bayi. Pada mulanya, merayap adalah gerakan homo lateral atau satu arah. Tangan kiri maju, kaki kiri maju. Pada puncaknya, anak harus bisa merayap dengan pola silang atau kontra lateral.  Saat tangan kanan bergerak ke depan, kaki kiri mengikutinya untuk melangkah. Begitu juga sebaliknya. Sementara itu, merangkak hanya bisa dilakukan dengan gerakan menyilang untuk keseimbangan anak.

Seorang anak sudah bisa distimulasi untuk merayap sejak sangat dini. “Saya pernah mendampingi bayi yang berusia sembilan hari. Ia saya tengkurapkan, lalu saya meletakkan telapak tangan saya di belakang telapak kakinya supaya ia punya tumpuan untuk mendorong. Ketika ia bergerak maju, tangan saya mengikuti. Bayi itu bisa maju ke depan sampai dengan satu meter,” cerita Irene.

Normalnya, bayi sudah harus bisa merayap pada usia 2,5 bulan dan merangkak pada 7 bulan. Beberapa cara untuk menstimulasi anak untuk merayap dan merangkak antara lain dengan sering menengkurapkannya, menghindari penggunaan baby walker, meletakkan mainan di depannya agar ia tertarik meraihnya, dan memberi contoh dengan merangkak bersama bayi.

Ketika tahapan merayap dan merangkak diabaikan atau anak tidak mendapatkan cukup waktu untuk melakukannya, terdapat konsekuensi yang merugikan. Koordinasi dan konsentrasi anak bisa jadi lemah. Ia kesulitan melakukan gerakan motorik halus seperti memasang kancing baju, mengikatkan tali sepatu, atau menulis karena ia tidak cukup belajar konvergensi.

Merayap dan merangkak adalah tahap penting dalam keseluruhan pemrograman otak. Karena itu, jangan tunda untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk bergerak dan belajar. [NOV]

Share to

Artikel Menarik Lainnya