“Bullshit jobs: A Theory”, Maraknya Pekerjaan Tidak Berguna

by bkrismawan

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Di sekitar kita, barangkali ada pekerjaan-pekerjaan yang tidak berguna, tidak bermakna, atau tidak berdampak apa pun. Bullshit jobs, begitu antropolog David Graeber menyebutnya. Pekerjaan itu direka-reka atau dibuat tampak diperlukan hanya untuk membuat seseorang seolah-olah bekerja. Graeber mengulasnya dengan gamblang di bukunya yang berjudul Bullshit Jobs: A Theory.

Pada 1930, seorang ekonom Inggris, John Maynard Keyness memprediksi pada akhir abad ke-19, negara-negara maju seperti Inggris dan Amerika akan mencapai jam kerja 14 jam per minggu. Mengapa? Karena teknologi diasumsikan akan sudah sangat canggih sehingga banyak pekerjaan-pekerjaan akan tergantikan oleh automasi mesin. Namun, apa yang terjadi? Meleset dari prediksi Keyness, ternyata hingga saat ini, negara-negara maju masih berkutat di 40 jam kerja per minggu meskipun teknologi sudah maju dengan canggihnya.

Kondisi ini diyakini David Graeber, seorang profesor di bidang antropologi, sebagai kondisi yang selanjutnya justru memicu masalah sosial yaitu munculnya pekerjaan-pekerjaan yang tidak berguna keberadaannya atau yang dia sebut “bullshit jobs”. Hal inilah yang menjadi dasar Graeber menulis sebuah tulisan bernada provokasi di majalah Strike! pada 2013 yang selanjutnya menjadi viral dan kontroversial. Sejak saat itu, banyak sekali bermunculan opini opini pada media-media massa, blog, maupun media-media sosial tentang tulisan Graeber itu.

Bahkan, setelah viral, Graeber membuat sebuah penelitian berdasarkan opini-opini dan kisah-kisah yang masuk ke surat elektronik maupun kanal-kanal komunikasinya. Dari data-data yang masuk tersebut, Graeber membuat sebuah analisis kualitatif yang terus didalaminya hingga membuahkan sebuah teori mengenai bullshit jobs yang kemudian ia bukukan ini.

Bullshit Jobs: A Theory adalah sebuah bentuk perhatian dan analisis Graeber terhadap fenomena pekerjaan omong kosong. Apakah mungkin pekerjaan-pekerjaan ini ada di sekitar kita?

Buku ini menarik untuk dibaca karena berisikan banyak cerita dari para pekerja yang merasa tidak bahagia, merasa tidak berkontribusi positif terhadap khalayak, maupun yang merasa konyol karena pekerjaan yang ia lakukan benar-benar tak masuk akal dan tak ada gunanya.

Dalam buku ini, Graeber membagi bullshit jobs menjadi lima tipe. Flunkies, goons, duct tapers, box tickers, dan taskmasters. Tipe flunkies pada dasarnya adalah jenis pekerjaan yang tercipta untuk membuat orang lain terlihat penting. Contoh dari tipe flungkies ini, misalnya pelayan pembuka pintu, petugas pemencet tombol lift, dan sebagainya.

Kedua adalah tipe goons. Goons yang jika diterjemahkan adalah pelaku kriminal ini, tentu adalah definisi metafora yang dibuat Graeber. Goons dipaparkan Graeber sebagai pekerjaan yang tidak mempunyai manfaat baik bagi khalayak, tetapi justru manipulatif. Salah satu contohnya adalah pekerjaan sebagai desainer grafis dari sebuah perusahaan iklan yang tiap harinya membuat semua produk-produk yang diiklankannya terlihat bermanfaat dan terlihat sangat dibutuhkan oleh khalayak. Di tengah pusaran konsumerisme, pekerjaan ini dianggap sebagai salah satu bullshit jobs. Pekerjaan yang menciptakan kebutuhan yang sebenarnya tidak ada.

FOTO-FOTO: IKLAN KOMPAS/IWAN ANDRYANTO.

Tipe selanjutnya adalah duct tapers. Tipe ini didefinisikan sebagai pekerjaan yang tercipta untuk menyelesaikan problem yang seharusnya diselesaikan oleh pihak lain.

Tak kalah mengada-ada dan yang sering kali tak kita sadari adalah tipe box tickers. Box tickers ini adalah tipe pekerjaan yang dibuat-buat sehingga sebuah organisasi seolah sedang melakukan sesuatu yang bermakna. Graeber mencontohkan tipe pekerjaan ini salah satunya adalah yang dikerjakan secara penuh waktu oleh para staf pembuat majalah perusahaan yang berisikan berita-berita teranyar perusahaan yang sebenarnya hanyalah berisikan narsisme pimpinan belaka.

Dan, yang terakhir adalah tipe taskmasters. Pekerjaan yang bertujuan untuk membuat sebuah perusahaan terlihat terkelola dengan baik; yaitu dengan memperbanyak staf-staf di level supervisor yang sebenarnya tidak melakukan pekerjaan apa pun selain menyuruh orang lain untuk melakukan pekerjaannya.

Fenomena munculnya bullshit jobs ini menurut Graber menjadi masalah sosial sebenarnya banyak disadari, tetapi lantas orang-orang juga tidak berbuat apa-apa. Mengapa demikian? Karena hal ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem ekonomi yang ada, khususnya dalam buku ini negara-negara maju seperti Inggris dan Amerika. Selain itu, kapitalisme pun memainkan perannya dalam kemunculan fenomena pekerjaan omong kosong ini.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column width=”1/2″][vc_column_text]Terlepas dari tujuan Graeber menulis buku ini sebagai bentuk argumen terhadap kebebasan manusia, dalam skala kecilnya, buku ini cukup mampu menggerakkan hati pembaca untuk merefleksikan apa yang sedang mereka kerjakan, bagaimana kontribusi pekerjaan mereka terhadap dunia dan sesama. Coba tanyakan ke diri kalian masing-masing; Apakah apa yang kita kerjakan mempunyai makna atau omong kosong belaka? [Litbang Kompas/KIK][/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/2″][vc_message message_box_style=”outline” message_box_color=”grey” icon_fontawesome=”fa fa-book”]Bullshit Jobs: A Theory

Penulis : David Graeber

Penerbit          : Simon Schuster

Tahun terbit    : 2018[/vc_message][/vc_column][/vc_row]

Share to

Artikel Menarik Lainnya