[su_audio url=”http://advisual.kompas.id/nusantara-bertutur/audio/memotret-upacara-kasada_paman-gery.mp3″]
“Lihat, Kak! Ini hasil jepretan Bagas bersama Pak Lingga,” kata Bagas menunjukkan layar kamera miliknya pada Kak Septa. Dua jempol diacungkan Kak Septa, kakak Bagas yang berprofesi wartawan.
Bagas baru saja memotret pembuatan ongkek oleh warga untuk persiapan Upacara Kasada. Ongkek adalah kumpulan sesaji dari hasil bumi terdiri atas pisang, kelapa, sayur-mayur, bunga manggar, bunga kenikir, bunga tana layu, dan buah-buahan lainnya.
Bagas dan Kak Septa sedang menginap di rumah Pak Lingga, warga Suku Tengger yang tinggal di Desa Ngadisari, Probolinggo, Jawa Timur. Kak Septa akan meliput rangkaian Upacara Kasada di Gunung Bromo tahun ini. Bagas senang diajak kakaknya untuk memotret Upacara Kasada besok. Ia yakin akan mendapatkan foto-foto bagus untuk lomba fotografi di sekolahnya.
Malam harinya, Bagas bersiap tidur lebih awal. Tengah malam nanti, ia sudah harus terjaga demi mengikuti upacara Kasada.
Saat tengah malam, Bagas dan Kak Septa sudah bersiap-siap mengikuti upacara Kasada.
Bagas merapatkan resleting jaketnya. Ia juga mengenakan syal untuk menahan dingin. Bagas memandang dengan takjub iring-iringan orang-orang berpakaian adat warna putih. Bagas mulai memijit-mijit kakinya yang mulai pegal. Memotret upacara Kasada tidak semudah yang ia bayangkan.
“Bagas lihat kan, ongkek-ongkek itu akan dilarung sampai ke atas sana. Ke tepi kawah Bromo,” jelas Kak Septa sambil menunjuk ke puncak Bromo.
Bagas mulai menimbang-nimbang untuk tidak melanjutkan perjalanan. Namun, di depan Bagas, orang-orang tua terlihat masih kuat berjalan dan bersemangat. “Kenapa orang-orang mau berjalan sejauh itu, Kak?”
“Orang-orang Hindu Suku Tengger meyakini bahwa upacara Kasada adalah bentuk rasa syukur mereka kepada Sang Pencipta,” jawab Kak Septa.
Bagas lalu ingat tujuannya ke sini dan kembali bersemangat. Bagas merasa kagum dengan masyarakat Suku Tengger yang terlihat bersemangat dalam melaksanakan upacara Kasada tersebut. Mereka sangat berkomitmen menjaga kelestarian budaya, termasuk menjaga agama atau keyakinan sejak nenek moyangnya.
Bagas lalu teringat pesan Bu Yuni, gurunya di sekolah, bahwa anak-anak Indonesia harus selalu menjaga kelestarian budaya bangsa kita sendiri. “Kalau bukan kita sendiri yang melestarikan budaya bangsa, lalu siapa lagi?” kata Bu Yuni waktu itu.*
[su_note note_color=”#FF9″]
Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Anisah Sholichah
Pendongeng: Paman Gery (ig: paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita
[/su_note]