[su_audio url=”http://advisual.kompas.id/nusantara-bertutur/audio/liburan-ke-ranu-pani-Kang_Acep.mp3″]
Liburan kali ini, Paman Mursali berjanji mengajakku ke Ranu Pani, salah satu obyek wisata di Desa Ranu Pani, Senduro, Lumajang, Jawa Timur. Ranu Pani termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Paman Mursali, adik bungsu ibuku, baru saja lulus kuliah dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan kini sudah bekerja di Kota Malang.
”Ranu artinya danau. Nah, Ranu Pani adalah danau tempat lokasi pos pemberangkatan awal pendakian Gunung Semeru berada,” jelas Paman Mursali padaku.
Paman Mursali lalu bercerita bahwa dia sudah pernah mendaki Gunung Semeru pada masa kuliah.
“Paman bahkan sudah sampai di Puncak Mahameru dan menancapkan bendera Merah Putih,” kenang Paman dengan bangga.
“Besok pagi, kita berangkat. Paman sudah hubungi Mas Azmi. Dia akan menemani perjalanan kita,” kata Paman Mursali. Aku pun mengangguk senang.
Aku mengajak Lia dan Nia, temanku dalam liburanku bersama Paman Mursali ini.
Kami berangkat menaiki mobil yang dikemudikan Mas Azmi. Jalan yang harus kami tempuh cukup berliku dan berkelok karena harus mengitari gunung dan menepi dari pinggir jurang.
Setelah itu, masih harus melewati jalan berbatu. Mobil terguncang-guncang. Semakin mendekati lokasi, udara semakin terasa dingin. Mas Azmi membuka kaca jendela. Kami menghirup udara dalam-dalam. Segarnya!
Akhirnya, kami sampai di Ranu Pani. Di sana, sudah banyak pendaki yang membangun tenda untuk bermalam. Kami juga mendirikan tenda dan berkenalan dengan beberapa pendaki. Mereka sedang mempersiapkan perbekalan.
“Untuk mendaki gunung, diperlukan stamina yang kuat. Oleh sebab itu, para pendaki beristirahat dahulu di sini,” jelas Paman Mursali.
“Udara di sini sangat segar, ya, Paman. Pepohonan hijau tumbuh subur di sini,” ucapku sambil menikmati pemandangan yang sangat indah di seputar Ranu Pani.
“Kelestarian hutan adalah tanggung jawab kita bersama. Kalau paru-paru dunia ini sudah rusak, apalagi yang bisa kita wariskan untuk generasi mendatang? Di Ranu Kumbolo, para pendaki dilarang memasang api unggun. Pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru membuatkan satu api unggun untuk digunakan bersama,” jelas Mas Azmi.
Malam tiba. Di dalam tenda, Paman Mursali menceritakan tentang Ranu Kumbolo, yaitu danau indah yang terletak di kaki Gunung Semeru dan dijuluki “surganya Semeru”.
“Kalau sudah dewasa dan punya stamina yang kuat, kami juga ingin mencapai Puncak Mahameru dan menancapkan bendera Merah Putih seperti Paman!” ucapku dan disambut anggukan Lia dan Nia.*
[su_note note_color=”#FF9″]
Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Karunia Sylviany Sambas
Pendongeng: Kang Acep (yt: acep_yonny)
Ilustrasi: Regina Primalita
[/su_note]