[su_audio url=”http://advisual.kompas.id/nusantara-bertutur/audio/kekayaan-bahasa-daerah.mp3″]
Kak Ulin lalu berkata lagi, “Kita harus bangga dengan keanekaragaman tarian-tarian kita dari berbagai daerah di Indonesia. Keberagaman yang ada adalah untuk merekatkan kita sebagai bangsa, seperti semboyan bhinneka tunggal ika.”
Tak berapa latihan menari pun dimulai. Karena ini adalah tarian baru bagi mereka, Kissa dan teman-temannya agak sedikit kesulitan untuk menari Tari Piring. Memang gerakan ayunan tangan mereka belum sepenuhnya teratur. Juga cara mereka memegang piring, terkadang masih belum kokoh.
“Tenang saja. Nanti juga kalian akan terbiasa,” kata Kak Ulin memberikan semangat. Dan sore itu, Kissa dan teman-teman kelompok tarinya belajar Tari Piring sampai waktu menjelang maghrib.
Esok-esok harinya, Kissa dan teman-temannya terus berlatih Tari Piring dengan tekun dan semangat. Berkat kerja keras selama hampir dua minggu, akhirnya Kissa dan teman-teman berhasil menguasai gerakan Tari Piring dengan sangat baik. Kini mereka sudah dapat mengayunkan piring dengan cepat dan teratur.
Tiba saat hari pertunjukan, Kissa dan teman-teman di atas panggung dengan pakaian khas Minangkabau. Pakaian itu berwarna cerah, warna merah dan kuning keemasan. Dengan diiringi alat musik Talempong dan Saluang, Kissa dan teman-teman menari dengan lincah.
Para penonton di kampung sangat terpukau. Semuanya memberi tepuk tangan di akhir tarian. Kissa dan teman-teman begitu senang. Mereka bangga dengan budaya tari-tarian nusantara dan berjanji akan melestarikan sampai kapan pun. *
[su_note note_color=”#FF9″]
Penulis: Anton Dwi Ratno
Pendongeng: Kang Acep
Ilustrasi: Regina Primalita
[/su_note]