[su_audio url=”http://advisual.kompas.id/nusantara-bertutur/audio/ketupat-lebaran.mp3″]
Menjelang Idul Fitri tiba, rumah Zallumy di Desa Parean Girang, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, riuh rendah. Sore itu Ayah pulang membawa beberapa butir kelapa dan daun kelapa muda.
“Untuk apakah kelapa dan janur ini, Ayah?” tanya Zallumy di beranda rumah.
“Kelapa ini untuk membuat opor ayam. Sedangkan janur ini akan kita buat untuk pembungkus ketupat. Apa Zallumy mau membantu Ayah dan Ibu membuatnya?”
“Tentu saja,” jawab Zallumy semangat.
“Zain juga mau, Ayah,” seru Zain dari dalam rumah.
“Wah, sambil menunggu bedug maghrib untuk berbuka puasa, ayo kita buat bungkus ketupatnya!” ucap Ibu sambil membawa sebaskom beras, gunting, dan pisau dapur.
“Tapi Zain belum tahu cara membuatnya, Bu,” ujar Zain.
“Iya, Bu, Zallumy juga belum tahu membuat pembungkus ketupat,” timpal si Kakak.
“Ayahmu nanti akan mengajarkannya. Iya kan, Ayah?” kata Ibu.
“Baiklah, coba kalian lihat Ayah dulu, ya!”
Ayah kemudian memisahkan helai daun-daun janur dari batang lidinya. Kedua tangannya cekatan menganyamnya menjadi sebuah benda mirip seperti kubus.
“Nah, sekarang giliran Zallumy, Zain, dan Ibu. Ayah juga akan membuat lagi,” ujar Ayah. Mereka lantas bersama-sama membuat bungkus ketupat.
“Hore, Zain bisa membuat bungkus ketupat!”
“Kakak Zallumy juga!”
Ayah dan Ibu tersenyum. Tidak lama telah terkumpul banyak bungkus ketupat. Kemudian Ibu mengajarkan cara memasukkan beras yang sudah dicuci dan ditiriskan ke dalam bungkus ketupat.
“Sekarang ketupat-ketupat ini siap untuk kita masak,” ucap Ibu riang. “Tinggal membuat opor ayamnya saja. Kakak Zallumy bantu Ibu di dapur ya?”
“Dan Zain bantu Ayah memotong ayam.”
“Baik Bu, baik Yah,” jawab Zallumy dan Zain berbarengan.
Esok paginya, usai salat Idul Fitri dan bersalam-salaman, Ayah, Ibu, Zallumy dan Zain berkumpul di ruang makan untuk menikmati ketupat lebaran dan opor ayam.
“Tapi sebelum kita makan, Kakak Zallumy dan Zain, tolong antarkan dulu mangkuk berisi ketupat dan opor ayam ini untuk keluarga Pak Warid, Ibu Tursina, Pak Caswita dan Koko Kim Nyong, ya?” kata Ibu.
“Lo, kok keluarga Koko juga dapat sih, Bu? Bukankah mereka bukan Muslim?” sela Zain.
Ayah pun berkata, “Mereka adalah tetangga kita, Zain. Saudara kita juga, sebangsa se-tanah air. Kita pun harus berkasih sayang dan menghormati mereka. Dengan kita selalu berkasih sayang dengan sesama, maka akan selalu tercipta kerukunan di lingkungan kita ini. Apa kamu lupa, setiap Hari Raya Imlek kita pun sering mendapat kiriman kue keranjang dari Koko?”
“Banar, Ayah,” ucap Zain menyadari kekeliruannya.
Setelah semua hantaran lebaran diantar ke tetangga terdekat, mereka sekeluarga pun menyantap ketupat lebaran dan opor ayam dengan begitu nikmat.
[su_note note_color=”#FF9″]
Penulis: Faris Al Faisal
Pendongeng: Paman Gery (IG: paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita
[/su_note]