[su_audio url=”http://advisual.kompas.id/nusantara-bertutur/audio/desa-wisata-candirejo.mp3″]
Hari Minggu pagi, Fahri mengajak Faisal, Zahra, dan Rere untuk berwisata ke Desa Wisata Candirejo di Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Desa yang lokasinya sekitar 3 kilometer arah Tenggara Candi Borobudur ini berada di lokasi yang unik, yaitu di tengah padang rumput hijau dan hutan hujan tropis. Desa Wisata Candirejo terkenal dengan lingkungannya yang masih asri, karena selalu menjaga kelestarian alam. Selain itu, warga desa ini juga sangat menjaga kebudayaan setempat.
Sesampainya di desa ini, Fahri, Faisal, Zahra dan Rere lalu ditemani oleh Paman Dion sebagai pemandu wisata setempat.
“Paman… Zahra dengar, di desa ini ada sentra kerajinan tangan dari bahan daun pandan, ya?” tanya Zahra.
Paman Dion tersenyum seraya menjawab , “Iya. Di desa ini ada kerajinan tangan yang terbuat dari daun pandan. Seperti tikar, tas dan yang lainnya.”
“Paman… Fahri tidak sabar mau ke mata air Tuk Banyu. Fahri ingin naik perahu sembari menangkap ikan.”
Paman Dion tersenyum lagi. “Baiklah. Sebelum kita menuju ke lokasi kerajinan tangan, maupun ke mata air Tuk Banyu, sekarang Paman mau mengajak kalian untuk melakukan Menoreh,” ujar Paman Dion.
“Menoreh itu apa Paman?” tanya Faisal.
Paman Dion lalu menjelaskan, Menoreh adalah tur keliling desa untuk mengetahui rutinitas sehari-hari masyarakat. Fahri, Faisal, Zahra dan Rere pun bersemangat menaiki kereta kuda sembari melihat pemandangan desa yang indah.
Setelah melihat-lihat aktifitas di desa, Paman Dion mengajak mereka berempat untuk tur melacak burung eksotis di habitat aslinya. Selama perjalanan melacak burung tersebut, mereka berempat menikmati pemandangan alam, serta belajar pelbagai tanaman obat dan penggunaannya. Mereka juga bisa mengamati sistem pertanian dan metode budidaya tradisional di desa tersebut.
“Setelah ini, kita akan melihat pertunjukkan Jathilan!” ujar Paman Dion.
“Jathilan, Paman?” tanya Fahri.
“Iya. Jathilan itu adalah tarian yang menggambarkan perang Pangeran Diponegoro pada masa penjajahan Belanda. Jathilan merupakan tarian tradisional yang memainkan peran penting dalam sejarah Candirejo.”
Tak berapa lama, Fahri, Faisal, Zahra dan Rere pun sudah bisa menikmati pertunjukkan Jathilan. Setelah itu, barulah mereka semua menuju mata air Tuk Banyu untuk menangkap ikan. Kemudian berlanjut ke tempat kerajinan tangan untuk belajar membuat souvenir dan membeli oleh-oleh.
“Wah, wisata di Desa Candirejo ini seru sekali,” kata Rere.
“Iya, ternyata masih ada ya desa yang indah dan melestarikan budayanya? Zahra sangat senang berwisata di sini,” timpal Zahra.
Mereka berempat sangat puas dan berjanji akan kembali ke Desa Candirejo untuk petualangan baru. *
[su_note note_color=”#FF9″]
Penulis: Hidayah Nuril Phasa
Pendongeng: Kang Acep (Youtube: Acepyonny)
Ilustrasi: Regina Primalita
[/su_note]