Abdul Wahid Hasyim, Seimbangkan Semangat Kebangsaan

by bkrismawan

Saat mendengar nama Wahid Hasyim, banyak orang menggelengkan kepala. Tidak banyak orang yang mengenal sosok ini. Wahid Hasyim atau bernama lengkap KH Abdul Wahid Hasyim lebih dikenal sebagai salah satu tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU) dan orangtua dari KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Padahal, Wahid Hasyim juga kondang sebagai seorang negarawan yang getol memperjuangkan keberlangsungan kemerdekaan Indonesia. Wahid Hasyim juga dikenal sebagai negarawan yang berpikiran modern.

Sosok yang lahir di Jombang, 1 Juni 1914, ini pernah beberapa kali menjabat sebagai menteri. Di antaranya sebagai menteri agama pada Kabinet Republik Indonesia Serikat (1949-1950), Kabinet Natsir (1950-1951), dan Kabinet Sukiman (1951-1952). Wahid juga merupakan salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Dalam penyusunan rumusan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD ’45), Wahid juga termasuk seseorang yang turut ambil andil besar. Wahid adalah satu dari sembilan orang yang menandatangani Piagam Jakarta. Piagam Jakarta inilah yang menjadi cikal bakal perumusan Pembukaan UUD ’45.

Lingkungan Pesantren

Dibesarkan dalam lingkungan pesantren selama bertahun-tahun dan menempuh pendidikan di Mekkah tidak membuat Wahid terkungkung dalam pemikiran yang berkutat hanya dalam ajaran agama Islam. Kegemaran Wahid membaca berbagai buku membuka wawasannya dan menjadikannya sosok yang terbuka dan bijak dalam menyikapi permasalahan.

Wahid juga dikenal sebagai sosok yang fasih berbahasa asing. Bahasa Inggris, Arab, dan Belanda adalah tiga bahasa yang dikuasainya. Tiga bahasa inilah yang membuatnya menjelajahi berbagai informasi dalam buku.

Sepulang dari menempuh pendidikan di Mekkah, Wahid terjun di dalam masyarakat untuk mengabdikan ilmunya. Bermula dari Pesantren Tebuireng, ia mengubah wajah pesantren menjadi tidak hanya wadah untuk mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keislaman, tetapi juga ilmu-ilmu umum. Ia menginginkan kaum santri sama terpelajarnya dengan orang luar.

Dari pesantren, ia mulai aktif bergabung dalam berbagai organisasi dan mulai mengambil peran dalam kehidupan politik Indonesia. Ia sempat menjadi Ketua Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Masyumi, jajaran pimpinan Presidum Kongres Rakyat Indonesia (Korindo), dan berpartisipasi dalam Gabungan Partai Politik Indonesia (GAPI).

Tidak hanya itu, Wahid adalah sosok yang optimistis dengan pencapaian kemerdekaan Indonesia. Namun, upaya perjuangannya mempertahankan kemerdekaan Indonesia membuatnya menjadi daftar orang yang dicari Belanda.

Modernisasi Islam

Di sisi lain, Wahid Hasyim dikenal sebagai sosok yang mengembangkan modernisasi Islam sekaligus mendukung toleransi kehidupan beragama. Berkat banyaknya buku yang dibaca, pidato-pidato Wahid dikenal cerdas dan berisi. Tidak jarang ia mengutip isi buku dalam pidatonya.

Hingga kini, Wahid merupakan sosok pahlawan yang disegani. Kecerdasannya membuat Wahid mengawali terjun dalam dunia politik pada usia yang terbilang cukup dini, yaitu 25 tahun. Sayangnya, ia meninggal pada usia yang tergolong muda, yaitu 39 tahun. Wahid Hasyim meninggal dunia pada 1953 akibat kecelakaan mobil di Cimahi, Jawa Barat.

Meskipun perjuangannya terbilang singkat, sosoknya yang tegas dan cerdas dan mendukung toleransi telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Wahid Hasyim tercatat sebagai pahlawan menurut SK Presiden RI No 206 tahun 1964, pada 24 Agustus 1964. [*/MIL]

 

Quotes :

[su_heading size=”18″ align=”left” margin=”30″]”Perjuangan bersenjata melawan Belanda akan segera berakhir, hanya memerlukan beberapa tahun, dan kita akan menang, insya Allah. Namun, perjuangan yang lebih lama dari itu adalah perjuangan politik, ekonomi, kebudayaan, dan pembangunan akhlak. Perjuangan itu akan berlangsung lama, memerlukan kebijaksanaan dan kesabaran.”[/su_heading]

Opini

[su_row][su_column size=”1/4″ center=”no” class=””]abi bw[/su_column] [su_column size=”3/4″ center=”no” class=””]Abi Chondro (Desainer grafis di Boyolali)
Kapasitas intelektual dan leadership Wahid Hasyim memang pantas diakui karena melebihi usianya atau pemuda lain di usianya. Terbukti dengan dipilih menjadi ketua Masyumi dan menjadi anggota perumus UUD ’45.[/su_column][/su_row]

[su_row][su_column size=”1/4″ center=”no” class=””][/su_column] [su_column size=”3/4″ center=”no” class=””]Lies Afroniyati (Ibu rumah tangga)
Secara pribadi, Wahid Hasyim memang pantas disebut sebagai pahlawan nasional dan pahlawan modernisasi pesantren. Dalam lingkup pesantren, Wahid Hasyim mampu mendorong para santri belajar ilmu-ilmu umum tanpa harus mengabaikan ajaran Islam. Dalam lingkup nasional, Wahid Hasyim sangat rendah hati terhadap tokoh-tokoh politik dan agama lain. Gaya diplomasi yang diperkenalkan sangat santun[/su_column][/su_row]

[su_row][su_column size=”1/4″ center=”no” class=””][/su_column] [su_column size=”3/4″ center=”no” class=””]Yohanes Wara  (Dokter)
Wahid Hasyim adalah sosok yang mandiri. Dia mempunyai semangat belajar yang tinggi hingga mau menempuh pendidikan di luar negeri dan mempelajari banyak bahasa. Ia juga memiliki pendirian, aktif dalam organisasi, dan tidak goyah dalam menyikapi perbedaan budaya.[/su_column][/su_row]

 

Berapa banyak Anda kenal dengan pahlawan nasional kita? Yuk kenali tokoh-tokoh pahlawan berikut ini

Share to

Artikel Menarik Lainnya