Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Luasnya boleh jadi hanya dua kilometer persegi, tetapi setiap sudutnya memiliki nilai histori tinggi. Di sinilah tempat lahirnya Bahasa Indonesia, yang berakar dari Bahasa Melayu, yang dibina oleh Raja Ali Haji.
Setiap Februari, pulau kecil ini menjadi magnet wisata. Turis domestik dan mancanegara memadatinya untuk menilik lebih jauh kehidupan warga Melayu di Pulau Penyengat. Apa pasal? Tak lain karena tiap bulan kedua inilah Festival Pulau Penyengat diselenggarakan. Menyambut hari jadi Pulau Penyengat yang jatuh pada 14 Februari, festival pun diselenggarakan pada 14–18 Februari 2019.
Festival Pulau Penyengat
Selama empat hari, pengunjung diajak menyelami sejarah dan budaya Melayu, khususnya yang terjadi di atas daratan Pulau Penyengat. Setidaknya ada 20 kegiatan seni budaya yang berlangsung selama Festival Pulau Penyengat, seperti lomba dayung, lomba perahu jong, lomba tangkap bebek di laut, lomba gurindam 12, dan kompetisi becak bermotor dekoratif. Hadir pula berbagai kuliner khas Melayu yang melengkapi.
Selagi menikmati seluruh rangkaian kegiatan festival, pengunjung juga dapat menyelami sudut-sudut bersejarah Pulau Penyengat. Secara historis, pada abad ke-18, Pulau Penyengat merupakan pusat Kesultanan Johor-Riau. Sejumlah benteng pertahanan dibangun ada 1782–1784 untuk menghadapi perang melawan Belanda. Sisa-sisa kejayaan Kerajaan Melayu itu pun masih bisa dijumpai hingga hari ini seperti Masjid Agung Sultan Riau yang berwarna kuning cerah yang konon dibangun dengan campuran putih telur. Di dalamnya tersimpan mushaf Alquran tulisan tangan yang berusia 200 tahun lebih.
Ada pula komplek Makam Raja Ali Haji, kantor istana, pengadilan adat, dan benteng Bukit Kursi.
Benteng di Bukit Kursi dilengkapi 8 meriam dan menempati posisi strategis untuk melihat musuh dari kejauhan. Bukit ini dulunya merupakan benteng pertahanan Kerajaan Johor-Riau. Sementara itu, pusat kegiatan selama festival pun tak kalah bernilai, yakni di Balai Adat yang berarsitektur khas Melayu dan menjadi pusat kegiatan masyarakat Pulau Penyengat.
Pulau Penyengat dapat dijangkau dengan mudah dari Tanjung Pinang, dengan menggunakan perahu motor selama 15 menit. Untuk mengelilingi Pulau Penyengat, gunakan sepeda atau becak bermotor karena tidak ada kendaraan roda empat.