Review Film Deadpool 2 (2018): Bertabur Humor yang Renyah

by bkrismawan

Hanya butuh waktu dua tahun bagi Deadpool untuk kembali ke layar kaca dan mengobati rindu para fansnya. Film pertama Deadpool mendapatkan sambutan meriah. Visualisasi karakter ini bisa dibilang memuaskan siapa pun yang mengikuti versi komiknya.

Walau tak semua orang menyukai karakter Deadpool yang nyeleneh dan semaunya sendiri, pria ini sebenarnya menyimpan banyak hal yang tak banyak orang ketahui.

Pengembangan karakter Wade Wilson (Ryan Reynolds) alias Deadpool dieksplor lebih dalam sekuelnya. Penonton tak hanya melihat Wade yang serampangan dan pembangkang. Dalam film ini, Wade menyadari banyak hal yang membuat sisi sentimentalnya terkilik. Juga, dia akhirnya merasakan kehangatan sebuah keluarga.

Foto-foto dokumen 20th Century Fox

Colossus (Stefan Capicic) mengajak Wade untuk tinggal di X-Mansion dan berniat mengajaknya bergabung besama X-Men. Ini membawa Wade bertemu dengan Russell (Julian Dennison) alias Firefist, yang berusaha melarikan diri dari panti asuhan khusus para mutan. Oleh karena aksi impulsifnya, Wade justru membuat dirinya dan Russell dijebloskan ke penjara khusus mutan.

Di penjara ini, Wade menyadari kalau Russell adalah remaja broken, yang membutuhkan pertolongan dan arahan. Wade pun harus berhadapan dengan Cable (Josh Brolin), mutan yang datang dari masa depan yang berniat membunuh Russell untuk mengubah peristiwa buruk yang terjadi pada masanya.

Keyakinan Wade akan Russell membuatnya teguh untuk melindunginya, apa pun halangan yang menghadang, juga mendorongnya untuk membentuk tim baru, X-Force.

Bertebaran humor internal

Ekspektasi akan selalu muncul tiap sebuah sekuel film rilis. Apalagi jika film pertama cukup sukses. Film keduanya diharapkan bisa menorehkan kesuksesan yang sama. Deadpool (2016) berhasil membuat para fans komiknya tersenyum puas, khususnya dalam hal penggalian karakter Wade Wilson. Aksi yang cukup brutal, menyajikan adegan pembunuhan secara blak-blakan, tampaknya bukan hal yang cukup mengganggu—dibandingkan keseruan dan keonaran yang dibuat oleh Deadpool.

Dalam film kedua, semua keunikan karakter Deadpool dielaborasi dan divisualisasikan dengan lebih tajam dan detail. Penonton akan sangat terhibur dengan celetukan-celetukan Deadpool yang renyah—walau sebagian besar merupakan joke tentang isu spesifik. Namun, pencinta film dan komik-komik Marvel akan dengan mudah mencerna celetukan Deadpool.

Kredit tertinggi tentu patut disematkan kepada para penulis skenario, yang ternyata di dalamnya ada campur tangan Ryan Reynolds. Keikutsertaan Ryan Reynolds dalam penulisan naskah menjadi langkah yang brilian karena justru membuat Ryan semakin mendalami karakter Deadpool.

Gaya penceritaan film ini juga patut diapresiasi. Penonton mungkin bersyukur karena sutradara Deadpool sebelumnya, Tim Miller, memutuskan untuk mundur dari proyek film ini dan digantikan oleh David Leitch, yang pernah menyutradarai John Wick dan Atomic Blonde.

David berhasil menggali keunikan Deadpool, mencari sisi terbaik yang tak pernah ditemukan Tim, dan menyajikannya kepada penonton ke dalam sebuah kemasan yang sangat menghibur, cerdas, tajam, dan penuh aksi seru.

Sementara itu, dari segi aksi, penonton diberikan teaser tentang asal-usul terbentuknya X-Force, tim khusus yang diinisiasi oleh Deadpool. Para mutan anggota X-Force diperkenalkan di sini, seperti Domino (Zazie Beetz) dan Firefist alias Russell. [DLN]

Tayang perdana :
Mei 2018

Rilisan :
Amerika Serikat

Sutradara :
David Leitch

Skenario :
Rhett Reese, Paul Wernick, Ryan Reynolds

Pemain :
Ryan Reynolds, Josh Brolin, Morena Baccarin, Julian Dennison, Zazie Beetz, TJ Miller, Brianna Hildebrand, Jack Kesy

[su_youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=D86RtevtfrA” width=”640″][su_youtube url=”https://www.youtube.com/watch?t=17&v=fW-GgbZjC68″ width=”620″ autoplay=”yes”][/su_youtube]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 31 Mei 2018

Share to

Artikel Menarik Lainnya