[su_audio url=”http://advisual.kompas.id/nusantara-bertutur/audio/punthuk-setumbu.mp3″]
Mobil Om Bagas baru saja memasuki pelataran parkir kawasan wisata Punthuk Setumbu di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
“Kita sudah terlambat ya, Om?” tanya Lisa panik. Jam di tangannya menunjukkan pukul 5 pagi. “Raka tadi susah sekali dibangunkan, sih.”
Om Bagas hanya tersenyum. Sementara Raka, adik Lisa hanya menggaruk-garuk kepalanya. Pagi itu mereka berencana untuk melihat matahari terbit dari Punthuk Setumbu. Kawasan ini adalah spot terbaik untuk melihat matahari terbit dengan latar silhuet Candi Borobudur.
“Kita langsung masuk saja, yuk!” ajak Om Bagas.
Setelah membayar tiket masuk, Lisa, Raka, dan Om Bagas masih harus menyusuri jalan setapak yang menanjak untuk sampai ke puncak bukit Punthuk Setumbu.
Di puncak bukit sudah ramai para pengunjung yang menunggu detik-detik munculnya matahari. Hawa sejuk dan pemandangan alami dari pepohonan menambah keindahan suasana di puncak bukit.
“Hore, belum telat!” sorak Raka gembira. Ia lega matahari belum terlihat. Mereka lalu mengambil tempat untuk menanti matahari terbit. Om bagas pun bersiap dengan kamera di tangannya.
Sambil menunggu, Om Bagas bercerita, “Nanti matahari akan muncul di antara kedua gunung itu. Ada yang tahu itu gunung apa saja?”
“Gunung Merapi dan Merbabu,” jawab Lisa yakin.
“Betul,” puji Om Bagas. “Punthuk Setumbu ini dahulunya ladang penduduk di Perbukitan Menoreh. Lalu, ada seorang fotografer yang mengabadikan indahnya silhuet Candi Borobudur saat matahari terbit dari tempat ini. Sejak itulah orang-orang tertarik berkunjung ke sini.”
Tak berapa lama, Raka berseru, “Lihat, mataharinya mulai keluar!”
Semua orang di sana tampak terpana. Dari kejauhan tampak stupa teratas Candi Borobudur yang mulai terlihat dan diselimuti kabut tebal. Seolah-olah seperti berada di atas awan!
Lisa dan Raka puas melihat pemandangan yang sangat mempesona itu. Bersama Om Bagas, mereka ber-swafoto ria di beberapa tempat dengan latar belakang barisan Bukit Menoreh.
“Kruk kruk…” Perut Raka tiba-tiba berbunyi. Lisa dengan sigap mengambil kotak bekal.
“Untung Kakak sempat bawa getuk.” Lisa lalu mengulurkan makanan khas Kota Magelang yang terbuat dari singkong dengan tiga warna. Mereka bertiga menikmatinya lahap. Selesai makan getuk, Lisa tak lupa membuang bungkusnya ke tempat sampah. Karena sudah menjadi kewajiban wisatawan untuk menjaga kebersihan tempat wisata yang dikunjungi.
“Terima kasih ya, Om! Sudah mengajak kami melihat matahari terbit di Punthuk Setumbu. Keren banget, lho,” ucap Lisa pada Om Bagas.
“Sama-sama! Kapan-kapan Om ajak ke tempat wisata lainnya, ya,” sahut Om Bagas.
Lisa dan Raka senang mendengarnya. *
[su_note note_color=”#FF9″]
Penulis: Herdita Dwi R.
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita
[/su_note]