Kamakura adalah destinasi day-trip yang populer ketika orang mengunjungi Tokyo karena jaraknya yang dekat dengan ibu kota Jepang itu. Dalam satu jam perjalanan dari Tokyo, wisatawan sudah sampai di Kamakura.
Kereta Japan Railways jalur Yokosuka dari Stasiun Shimbashi itu menyusuri sisi tenggara Jepang, di daerah pesisir Teluk Tokyo. Kami bertolak kira-kira 60 kilometer dari Tokyo ke daerah pinggiran yang elok, Kamakura.
Begitu keluar dari stasiun, suasana berbeda langsung terasa. Dari Tokyo yang padat dan sibuk, kami beralih ke daerah yang lebih tenang dan rimbun. Di sini, orang-orang tak berjalan terburu-buru. Udara yang lebih segar pun mengisi paru-paru.
Kamakura menawarkan banyak tempat menarik bagi wisatawan; kuil-kuil, museum, pantai, dan bukit untuk trekking. Dari Stasiun Kamakura, tempat-tempat itu bisa dicapai dengan bus, kereta, atau sepeda. Karena areanya yang tidak terlalu luas, bersepeda sebenarnya dapat menjadi pilihan yang menyenangkan.
Sayang, pada akhir September itu hujan kerap turun. Kami memilih membeli Kamakura Free Kankyo Tegata, tiket one-day-pass untuk menggunakan sebagian besar bus dan jalur kereta yang menghubungkan tempat-tempat wisata di Kamakura.
Tiket Kankyo Tegata ini bisa diperoleh di pusat informasi wisata, tepat di pintu keluar sebelah timur Stasiun Kamakura. Harganya 570 yen. Di sini kita juga akan mendapatkan peta tempat-tempat wisata sekaligus keterangan soal jalur busnya. Bus-bus itu menunggu di depan stasiun dengan pembagian jalur yang jelas, kita tak akan kebingungan mencocokkan jalur bus.
Lantaran tempat wisata di Kamakura begitu banyak, tak akan selesai menyambangi semuanya dalam sehari. Tempat-tempat itu baiknya direncanakan sebelum naik bus agar kita bisa menyusun perjalanan yang efisien. Kami memilih yang ikonis di Kamakura, Hokokuji Temple yang memiliki taman bambu dan Kotokuin Temple dengan patung Buddha yang sangat besar.
Taman bambu
Hokokuji kami putuskan menjadi persinggahan pertama. Kami naik bus nomor 5 dari stasiun. Berjarak hanya sekitar 3 kilometer, perjalanan sesingkat 15 menit itu saja sudah menyajikan pemandangan yang menarik. Kamakura kian menyenangkan.
Begitu keluar dari stasiun, bus akan berjalan ke arah utara menyusuri jalan utama Wakamiya Oji. Di sisinya toko-toko dan kedai berjajar menjual beragam suvenir, makanan kecil, kamera instan, bahkan tanaman untuk warga lokal. Di antara gerimis, sesekali melintas jinrikisha atau becak Jepang yang ditarik.
Persis tengah-tengah jalan itu, terdapat area lebar untuk pejalan kaki yang di bagian depannya terdapat gapura torii (Ni-no-torii), gapura tradisional Jepang yang berwarna merah dengan dua patung singa penjaga di depannya. Area berjalan kaki sepanjang 500 meter itu bernama Dankazura, dibangun oleh shogun atau jenderal Minamoto Yoritomo kira-kira 800 tahun silam. Di kanan dan kirinya berjajar pohon sakura, bisa dibayangkan betapa cantiknya ketika musim semi.
Setelah beberapa halte, kami turun di perhentian yang paling dekat dengan Hokokuji. Kami masuk ke sebuah gang, melewati deretan rumah, sebelum mencapai gerbang kayu sederhana. Dikitari taman kecil, gerbang itu mengarahkan pengunjung ke bangunan utama kuil. Namun, bagi wisatawan, atraksi utama tempat ini adalah taman bambu di belakang kuil itu. Untuk masuk ke taman bambu, wisatawan membayar 200 yen.
Hokokuji mengingatkan banyak orang akan hutan bambu Arashiyama di Kyoto. Tentu saja, dengan area yang lebih kecil. Ada setapak di taman bambu Hokokuji untuk tempat kita menyusuri taman ini. Di sudut taman bambu, ada pula kedai teh yang menyajikan teh hijau dan kudapan manis. Wisatawan bisa menikmati waktu di sini sambil merasakan atmosfer yang menenangkan.
Patung Buddha ikonis
Perjalanan kami lanjutkan dengan menyambangi salah satu simbol Kamakura, patung Buddha di Kotokuin Temple. Katanya, kita belum benar-benar berkunjung ke Kamakura kalau belum melihat patung ini.
Dengan bus jalur yang sama dari Hokokuji, kami kembali ke stasiun Kamakura. Untuk menuju ke Kotokuin, kita bisa naik kereta Enoden ke Stasiun Hase. Enoden ini juga sangat khas Prefektur Kanagawa. Desain kereta ini atraktif, dengan kesan yang seolah-olah jadul dan menggunakan perpaduan warna hijau pupus dan putih gading atau biru dongker dan putih gading.
Dari Stasiun Hase, butuh berjalan kira-kira 700 meter ke Kotokuin. Lagi-lagi, perjalanan tidak akan membosankan karena kita melewati deretan perumahan dengan arsitektur khas Jepang, kedai-kedai, dan toko suvenir.
Patung Buddha yang megah itu dapat langsung kita lihat dalam beberapa langkah setelah kita memasuki gerbang Kotokuin Temple. Kamakura Daibutsu, begitu patung Buddha Amitabha ini disebut. Tingginya 11,31 meter dan beratnya 121 ton. Konstruksi patung perungu ini dibuat pada 1252. Meski hujan turun cukup deras waktu itu, beberapa orang menyalakan dupa sambil berdoa di depan patung Buddha. Beberapa turis pun enggan kehilangan momen untuk berfoto di depannya.
Ada banyak tempat menarik di Kamakura untuk disinggahi. Dari Kotokuin, Anda juga bisa mampir ke Hasedera Temple yang sangat indah. Karena letaknya yang berada di ketinggian, Anda bisa melihat pemandangan kota dan pantai dari sini. Jika hari cerah, berkunjung ke Pantai Yuigahama juga pilihan yang menarik.
Kamakura bisa menjadi destinasi ideal untuk mendapatkan suasana berbeda ketika Anda hanya berlibur singkat di Tokyo, apalagi dengan budget terbatas. Efisien dari sisi waktu dan biaya, tempat ini sudah memberikan pengalaman berlibur yang mengesankan. [FELLYCIA NOVKA KUARANITA]