Kepala anak kecil dipenuhi dengan berbagai pertanyaan besar. Kadang konsep waktu, toleransi, agama, harapan, bahkan kematian.
Bagaimana menjelaskan persoalan-persoalan ini dengan lebih sederhana dan bersahabat? Anja von Kampen, sutradara dan penulis dari Jerman, menciptakan tokoh Knietzsche untuk bercengkerama lebih akrab dengan anak-anak.
Knietzche adalah tokoh dengan beragam fase dalam hidupnya (bayi, lansia, dan sebagian besar sebagai anak-anak) yang belajar memahami banyak konsep di sekitarnya dengan analogi-analogi sederhana.
Knietzsche adalah cerita pendek tentang hal-hal paling lumrah yang kita temui sehari-hari. Anja menulis Knietzsche pada 2012 dan serial film kartunnya diproduksi pada 2014.
Setelah itu, Knietzsche dialihwahanakan menjadi buku, aplikasi, novel, sampai tokoh yang menjadi maskot berbagai sekolah dasar di Jerman untuk membantu anak memahami pelajaran.
Dalam seminarnya di ajang Litbeat 2018 di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (10/9/2018) Anja mengatakan, untuk bercerita kepada anak-anak tentang tema-tema besar, kita harus membuat cerita kita memikat.
“Singkirkan referensi-referensi soal filosofi, berikan binatang-binatang sebagai simbol, dan ciptakan petualangan! Karena anak-anak sangat menyukai petualangan”—Anja
Untuk menjelaskan tentang kematian, misalnya, Anja menggunakan analogi bermain rollercoaster. Hidup naik turun, ada saat-saat ketika kita berada di atas dan di bawah. Dan dalam perjalanan itu, ada banyak hal yang membuat kita tidak bisa melanjutkan putaran selanjutnya–kecelakaan, penyakit, menjadi tua, dan sebagainya. Ada saatnya kita harus turun dari roller coaster, dan itu hal yang wajar.
Anja biasanya mengakhiri cerita di dalam buku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik sekaligus menarik untuk didiskusikan anak bersama dengan orangtua atau temannya.
Di buku tentang kematian, misalnya, ada pertanyaan “Bagaimana gambaran pesta perpisahan yang sempurna untukmu?”, “Bagaimana bentuk nisan terindah di dunia? Bisakah kamu gambarkan?”, atau “Apa yang bisa kita lakukan ketika kita rindu seseorang?” Dengan kisah sekaligus pertanyaan-pertanyaan itu, anak dibantu untuk memahami konsep-konsep besar dari kacamata mereka sendiri.
Yang menarik, konten Knietzsche bisa diolah dalam beragam platform. “Sekarang, Knietzsche bahkan menjadi modul berbagai tema untuk anak-anak sekolah di Jerman. Ini menjadi bagian dari bisnis terbesar saya sekarang. Kadang untuk menjadikan ide lebih besar dan risiko lebih kecil, yang kita perlukan adalah menemukan partner yang tepat,” kata Anja.
Ragam produk kreatif Pergeseran orientasi industri perbukuan sebagai akibat perkembangan teknologi digital memang menjadi isu yang diketengahkan Litbeat Festival dalam penyelenggaraan di tahun pertamanya. Pergeseran ini menyentuh hampir setiap lini yang menggerakkan industri perbukuan, mulai dari metode pencetakan, penerbitan buku, sampai strategi distribusi dan pemasaran.
Seperti dalam kasus Knietzsche, buku tidak berhenti sebagai buku. Ia bahkan lanjutan dari produk digital serial televisi, dan kemudian merambah lagi menjadi aplikasi dan situs web sebagai modul pembelajaran di sekolah.
Buku atau kisah pun menjadi properti intelektual yang dapat dialihwahanakan dalam berbagai media, dinyanyikan atau dimusikalisasikan dalam berbagai genre musik, bersinergi dengan alat-alat pengayaan pendidikan, dan mengalami berbagai transformasi yang lainnya.
Peluang-peluang seperti inilah yang bisa ditangkap para penggerak industri kreatif, khususnya di bidang perbukuan. Gagasan lebih tersebar, roda bisnis pun terus berjalan. [NOV]