Dukungan untuk Kemandirian Berbelanja bagi Penyandang Disabilitas

by bkrismawan

Berbelanja merupakan rutinitas kehidupan insan modern. Apabila dilakukan dengan bijak, kegiatan tersebut bahkan terbukti menjadi terapi pelepas stres dan mampu memperpanjang usia seseorang. Nah, di balik kesenangan yang dirasakan saat berbelanja, ternyata tersimpan nilai pembelajaran bagi penyandang disabilitas intelektual.

Menurut situs web Science Daily, jika mendapat dukungan lebih baik, para penyandang disabilitas intelektual dapat meningkatkan keterampilan sosial mereka lewat pengalaman berbelanja, yang merupakan bagian dari aktivitas keseharian mereka. Selain melatih kemandirian, dukungan itu kelak membantu mereka memupuk kepercayaan diri ketika berada di tempat umum.

Dukungan

Penelitian ini dilakukan The York People First, kelompok advokasi independen asal Inggris, yang kemudian hasilnya dilaporkan dalam jurnal Learning Disability Practice. Dalam penelitiannya, The York People First mencermati para penyandang disabilitas intelektual kerap mengalami masalah saat membaca penanda ruangan (signage), memahami anggaran belanja sederhana, melihat tulisan kecil pada kemasan, mengantre di kasir, dan membawa troli maupun keranjang belanjaan saat melewati lorong-lorong dalam toko.

Bahkan, dilaporkan pula permasalahan yang acap kali dihadapi antara lain, mendapat respons dan sikap negatif dari pembeli lain serta jumlah staf toko yang tidak cukup untuk memberikan penjelasan dan pendampingan, apalagi jika situasi toko sedang sibuk, dipenuhi pengunjung.

Untuk membantu dan mendukung keterampilan penyandang disabilitas intelektual ketika berbelanja, pengelola toko atau pusat perbelanjaan diharapkan bersedia memberikan keterangan tambahan pada penanda ruangan, baik berupa simbol, warna, maupun teks. Bantuan lainnya dapat berwujud denah toko yang dapat diambil di pusat informasi, serta informasi lebih detail mengenai produk yang dipajang.

Sementara itu, dari aspek sumber daya manusia, The York People First menyarankan, agar para pengelola toko juga mau aktif memberikan pelatihan kepada staf mereka, mengenai keterampilan untuk membantu pengunjung dengan kebutuhan khusus, seperti penyandang disabilitas intelektual.

Pengalaman berharga

Dukungan nyata dari masyarakat memang menjadi kontribusi terpenting untuk pengembangan kemampuan penyandang disabilitas intelektual. Salah satu buktinya, telah dilakukan Uniqlo Indonesia dengan mengundang 15 atlet dari Special Olympics Indonesia untuk belajar mendapatkan pengalaman berbelanja.

Lewat tajuk In Store Shopping Experience, program tersebut pada hari Jumat (20/4) di Uniqlo Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan. Tujuannya adalah membantu mengembangkan kemampuan individu seperti kepercayaan diri mulai dari memutuskan pakaian apa yang akan dikenakan hingga membeli produk yang diinginkan saat berbelanja, termasuk mengatur keuangan.

Kegiatannya diawali dari pendampingan setiap anak penyandang disabilitas intelektual oleh relawan yang merupakan staf toko. Berbekal voucer belanja, seluruh peserta belajar memilih pakaian yang mereka sukai, bertransaksi langsung dengan kasir, dan belajar mengatur uang yang dimiliki.

Menurut Presiden Direktur Uniqlo Indonesia Naoki Kamogawa, program sustainability tersebut ditujukan untuk tumbuh dan menjadi sejahtera bersama masyarakat. “Kami percaya bahwa merupakan hal penting untuk dapat terus memperkaya hidup semua orang melalui pakaian dan berbagai kegiatan yang kami gelar. Kami berharap, kegiatan ini memotivasi seluruh peserta membangun kemandirian dan kepercayaan diri mereka,” ujar Naoki.

Di sisi lain, lewat kegiatan pendampingan, staf toko juga belajar melayani pelanggan dengan lebih baik, terutama dalam melayani mereka yang memiliki keterbatasan, seperti penyandang disabilitas intelektual.

Menanggapi kegiatan itu, Direktur Nasional Special Olympic Indonesia Marianner Samosir menuturkan, ”Kami sangat menghargai kesempatan yang diberikan Uniqlo untuk kembali menggelar kegiatan ini. Kami berharap seluruh anggota yang hadir mendapatkan pengalaman berharga dalam mengembangkan kemampuan diri mereka, belajar mandiri, serta berinteraksi dengan orang lain.” [AJG]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 5 Juni 2018.

Share to

Artikel Menarik Lainnya