Replika kendaraan bermotor atau diecast bisa membuat seseorang gandrung. Tidak hanya untuk dikoleksi dan dipajang, tetapi juga bisa dimodifikasi dan difoto dengan angle sedemikian rupa supaya terlihat lebih “bernyawa”.
Kalau tidak difoto di atas telapak tangan atau kalau tidak ada obyek pembanding skala, boleh jadi orang akan mengira kalau itu adalah mobil sungguhan. Padahal, ukurannya berpuluh-puluh kali lebih mungil dari ukuran asli.
Di tangan Adi Pradana Angga Nandyta (Atyd), diecast berskala 1:43, 1:64, dan 1:87 dimodifikasi sedemikian rupa sehingga hampir semua tampilan bergaya offroad. Bukan cuma suspensi yang dibuat lebih tinggi dan ban yang diganti lebih besar, perubahan kentara juga terlihat pada aksesori dan efek kotoran pada bodi sehingga tampilannya lebih gahar.
Mulanya, seperti banyak orang, Atyd merasa model serta warna diecast yang ia miliki masih tampak seperti mainan. Oleh karena itu, belajar dari kanal berbagi video, ia mulai mengustomisasi mobil skala 1:64 supaya tampak lebih hidup dan realistis.
“Awal dari keisengan custom tersebut berlanjut pada 2017. Saya ikut lomba internasional yang diadakan Mattel dengan brand Matchbox, Matchbox Custom Contest 2017. Alhamdulillah saya terpilih menjadi salah satu pemenang. Dari situ mulai masif memperkaya ide dan banyak belajar lagi,” kata Atyd.
Kini, bermodal alat seperti bor, tang potong, pinset, pen cutter, kuas, dan gunting, ia sudah memodifikasi ratusan diecast dari berbagai merek dan model. Pesanan pun datang, baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam sebulan, rata-rata ia bisa menggarap 1–25 diecast untuk dimodifikasi, dengan waktu pengerjaan sehari untuk tiap diecast. Banderol harga untuk sekali pengerjaan pun cukup menggiurkan, sekitar Rp 450.000 atau 40–50 dollar AS untuk pasar mancanegara.
Supaya hasil kustomisasi diecast dapat lebih terlihat mirip dengan aslinya, perlu beberapa “aksesori” serta detail tambahan. Misalnya, pada mobil-mobil offroad, tampilannya tentu bakal tambah serius kalau ada jerry can, sand bag, rollbar, dan suspensi mobil dinaikkan ala bigfoot.
Detail-detail tersebut bisa dibuat menggunakan printer 3D atau secara manual menggunakan bahan-bahan yang biasa dipakai untuk pembuatan maket seperti pvc board dan balsa wood. Bahan-bahan tersebut kemudian dipotong dan dikikir manual untuk menjadi bentuk tertentu.
“Untuk menaikkan suspensi, step-nya mulai dari modifikasi sasis dulu. Caranya sederhana sih, saya cuma pakai triangle paper clip, kemudian untuk selongsong as saya pakai gagang cutton bud (korek kuping),” kata Atyd.
Bukan cuma modifikasi, diecast juga menawarkan keseruan lain, yaitu dijadikan obyek foto.
[su_slider source=”media: 42830,42786,42790,42794,42798,42802,42810,42814,42818,42822,42826,42806″ limit=”12″ width=”620″ height=”620″ title=”no” pages=”no”]
Seperti kustomisasi, salah satu tujuan memotret diecast adalah terlihat seperti mobil sungguhan. Oleh karena itu, prosesnya pun tidak bisa sembarang.
Pengetahuan akan model kendaraan yang hendak difoto jadi hal penting. Replika mobil seperti Jeep Willys atau atau mobil-mobil offroad bisa menggunakan latar atau diorama bernuansa outdoor. Bisa juga menggunakan latar belakang polos, dengan tidak mengesampingkan pencahayaan.
Baik dikustomisasi maupun dijadikan obyek foto, kemampuan berimajinasi dan kreativitas menjadi pilar utama.
“Tips paling utama, sering-sering saja surf di dunia maya untuk mencari ide-ide yang dirasa sesuai selera. Kemudian harus berani trial and error. Yang terpenting, fokus dan enggak gampang nyerah sih kalau gagal karena memang butuh kesabaran dalam proses ini,” kata Atyd. [ASP]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 2 Juni 2018.