Review Film Rampage (2018): Menghentikan Amuk Hewan Raksasa

by bkrismawan

Satu lagi film yang diangkat dari video game dengan tajuk yang sama, Rampage menghadirkan kehancuran yang dilakukan oleh makhluk-makhluk raksasa. Bagi penggemar film dengan tema kehancuran kolosal, Rampage patut untuk ditonton.

Dikisahkan, sebuah stasiun penelitian di angkasa luar milik perusahaan Energyne mengalami masalah serius. Para peneliti di dalam stasiun ini tewas dan ruangan-ruangannya berantakan. Oleh CEO Energyne Claire Wyden (Malin Akerman) di Bumi, satu-satunya peneliti yang tersisa Dr Kerry Atkins diminta untuk mengambil wadah yang berisi patogen hasil penelitian.

Ternyata kekacauan di stasiun tersebut disebabkan tikus percobaan yang bermutasi menjadi raksasa. Pada saat terakhir, sebelum stasiun meledak, Dr Kerry beserta wadah berisi patogen berhasil lolos dari kejaran tikus mutan tersebut. Sayangnya, wahana yang membawanya tidak bisa bertahan saat memasuki atmosfer Bumi dan meledak berkeping-keping di di ketinggian, melontarkan wadah berisi patogen ke permukaan Bumi.

Sementara itu, di cagar alam di kawasan San Diego, AS, ahli primata Davis Okoye (Dwayne Johnson) sedang mengajak beberapa karyawan baru untuk melihat gorila. Sebagai pakar senior, Davis menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan gorila-gorila tersebut, termasuk gorila albino bernama George.

Keesokan harinya, cagar alam tersebut digemparkan oleh tewasnya sejumlah serigala. George diduga menjadi penyebabnya sehingga gorila albino itu pun diamankan. Mendengar kabar tersebut, Davis langsung menjenguk ke tempat George dan menemukan bahwa primata itu bertambah besar secara signifikan.

Ternyata, bukan hanya George yang menimbulkan kehebohan. Seekor serigala diduga juga tumbuh menjadi raksasa dan menghabisi kawanannya serta menimbulkan kerusakan. Media massa menghubungkan hal itu dengan kejadian jatuhnya wahana angkasa luar pada malam sebelumnya.

Dalam kebingungan, seorang yang mengaku sebagai Dr Kate Caldwell (Naomie Harris) dari perusahaan Energyne mendadak muncul di cagar alam.

Ia mengetahui persis apa yang terjadi dengan George, bahkan mengatakan bahwa gorila albino itu akan terus bertambah besar dan agresif. Sebelum menjelaskan lebih jauh, tiba-tiba George mengamuk dan menerobos dari tempat isolasinya. Di tengah huru-hara di cagar alam tersebut, pasukan pemerintah di bawah pimpinan agen Harvey Russell (Jeffrey Dean Morgan) tiba dan melumpuhkan George.

Davis dan Dr Kate beserta George diamankan oleh pasukan Russell. Mereka kemudian diangkut dengan pesawat militer. Belakangan, George berhasil meloloskan diri dan bersama-sama dengan serigala yang berubah menjadi monster raksasa menimbulkan kekacauan di Chicago.

Film ini menyajikan banyak adegan spektakuler kehancuran masif di tengah kota. Bagaimana hewan-hewan raksasa itu merusak berbagai bangunan dan mempermainkan pasukan tentara yang mengejarnya layaknya mainan. Efek visual dari film ini layak dipuji karena adegan-adegan tersebut ditampilkan dengan amat realistis.

Penampilan visual film ini jauh lebih kuat dan penting dibandingkan ceritanya yang cenderung mudah ditebak. Penonton diajak untuk ikut dalam ketergesa-gesaan Davis dan Dr Kate untuk mengejar George dengan berbagai cara dan berusaha menghentikan amuk para satwa raksasa itu.

Sesekali, sutradara Brad Peyton menampilkan humor di sela-sela film, yang sedikit mengendurkan syaraf setelah menyimak rentetan adegan kejar-kejaran dan kehancuran. Jangan terlalu berharap cerita atau akting yang terlalu berlebihan, nikmati saja sajian visualnya yang memang spektakuler. Jika mencari hiburan yang tidak perlu memutar otak, film ini layak ditonton. [ACA]

Kredit foto: Warner Bros Pictures
Sutradara: Brad Peyton
Skenario: Ryan Engle, Carlton Cuse, Ryan J Condal, Adam Sztykiel
Pemain: Dwayne Johnson, Naomie Harris, Malin Akerman, Jake Lacy, Jeffrey Dean Morgan
Rilisan: Amerika Serikat
Tayang Perdana: April 2018

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 26 April 2018

Share to

Artikel Menarik Lainnya