Dikelilingi area persawahan dan segarnya aliran air di ngarai Sungai Petanu, petilasan Hindu-Buddha Goa Gajah berdiri kokoh. Letaknya yang berada di bawah area pintu masuk membuat pelancong harus meniti tangga-tangga kecil di pinggir tebing untuk menuju ke sana. Segera setelahnya, kompleks Goa Gajah itu tampak. Teduh dan bersahaja.
Goa Gajah merupakan gua buatan yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Gua ini terletak di Kabupaten Gianyar, Bali. Kompleks Goa Gajah terdiri atas dua bagian utama. Kompleks bagian utara sarat dengan situs-situs yang kental dengan ajaran Siwa. Sementara itu, kompleks bagian selatan, yaitu area Tukad Pangkung, menunjukkan tradisi Buddha. Di sini terdapat stupa Buddha dalam sikap Dhyani Buddha Amitabha, tersusun atas 13 stupa dan stupa bercabang tiga yang dipahat di batu besar.
Dari arah pintu masuk, para pelancong biasanya akan mengarahkan kaki-kaki mereka lebih dulu ke kompleks utara yang jaraknya lebih dekat. Arca-arca pancuran Widyadhari dan Widyadhara menyambut mereka. Arca-arca tersebut membawa kendi yang terletak di depan perut dengan air yang mengalir dari dalamnya. Seorang wisatawan mancanegara tampak mengamati arca-arca tersebut.
Pemandu wisata yang mendampingi wisatawan itu menjelaskan, “Arca-arca itu melambangkan tujuh sungai suci di India dalam konsep sapta nadi. Kendi yang mengalirkan air terletak di dekat rahim mereka, menyimbolkan dari sanalah kehidupan bermula.”
Atraksi utama terletak pada gua buatan yang sebenarnya tidak besar. Pada mulut gua tersebut, terdapat pahatan-pahatan bermotif alam. Di tengahnya terletak kepala Kala dengan mata melirik ke kanan. Fungsi relief ini diyakini sama dengan Bhoma, muka raksasa untuk menjaga bangunan suci.
Gua ini lembab dan temaram dengan penerangan sekadarnya. Cahaya lampu memang dibuat tidak begitu benderang untuk menjaga kekhusyukan kegiatan tapa atau doa. Pada bagian barat ujung gua, terletak arca Ganesha, dewa pengetahuan. Sementara itu, di ceruk sebelah timur terdapat arca Trilingga (Siwa, Sada Siwa, dan Prama Siwa).
Pengalaman berbeda akan terasa ketika kita beralih ke area selatan, yang lebih sarat dengan tradisi Buddha. Di sini, Anda juga akan menjumpai air terjun kecil dengan sungai yang jernih. Keseluruhan suasana di Goa Gajah akan mengajak kita untuk eling, sadar akan perlunya keselarasan dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia. Seperti konsep yang selalu didengungkan masyarakat Bali, Tri Hita Karana. [NOV]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 18 September 2017