Terbatasnya lahan terkadang menyulitkan pembuatan ventilasi udara. Exhaust fan jadi salah satu pilihan untuk mengatasinya.
Rumah-rumah di perkotaan biasanya memiliki masalah yang sama: lahan yang sempit. Ini tidak saja mengurangi ruang gerak penghuni, tetapi juga mengakibatkan sulitnya membuat ventilasi yang memadai. Jika kanan-kiri-depan-belakang lahan sudah dibatasi tembok tetangga, bukaan pun semakin sedikit.
Udara yang tidak mengalir menyebabkan ruang terasa gerah dan pengap. Aliran udara terjadi jika ada dua bukaan yang saling berhadapan. Jadi, meskipun sudah ada pintu, tetapi bila tidak ada bukaan lain untuk mengeluarkan udara, makan udara menjadi statis.
Tetapi, membuat bukaan yang ideal tak selamanya dimungkinkan, bahkan tak jarang ditemui ada sebuah ruang yang sama sekali tak memiliki bukaan. Nah, di sinilah peran exhaust fan.
Exhaust fan berfungsi menyedot udara, baik ke dalam maupun ke luar ruangan. Baling-balingnya berputar sehingga “menarik” udara yang ada di dekatnya. Penyedotan ini menyebabkan udara di dalam ruang mengalir, sehingga otomatis suhu bisa berkurang. Bau yang kurang sedap serta debu pun bisa dikurangi.
Sebenarnya, exhaust fan tidak hanya digunakan untuk ruangan yang sama sekali tidak berventilasi. Alat ini juga bisa digunakan untuk ruangan yang telah memiliki bukaan, namun pergerakan udaranya masih kurang maksimal.
Pada dasarnya exhaust fan bisa diletakkan di mana pun, asalkan diletakkan setinggi mungkin dan sejauh mungkin dari sumber udara. Bila tidak mungkin meletakkannya di dinding. Jangan bingung, karena exhaust fan juga bisa diletakkan di plafon. Jika plafon tingginya kurang dari 1,5 meter, pilihlah exhaust fan yang menggunakan ducting atau saluran khusus. Biasanya, jenis ini memiliki katup khusus sehingga kotoran tidak masuk kembali ke dalam ruangan. [*/ACA]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 7 Agustus 2018