Dunia fashion tak terbatas ruang dan waktu. Pakaian yang dulu dianggap hanya dipakai oleh orang-orang tua, saat ini penggunanya malah kebanyakan anak muda. Atau, pakaian yang dulu tampaknya biasa saja, dengan sentuhan kreativitas yang tepat mampu mengubahnya menjadi pakaian unik sehingga memberikan fashion statement yang lebih trendi bagi pemakainya.
Dengan semakin mudahnya akses untuk mendapatkan referensi gaya berpakaian yang sedang tren atau yang unik-unik dari berbagai negara, membuat banyak orang saat ini lebih berani untuk tampil berbeda. Kebaya kutubaru misalnya. Dulu banyak anak muda enggan memakai pakaian jenis ini karena beranggapan kebaya model ini hanya dipakai untuk orang tua dan cara memakainya merepotkan.
Namun, di tangan seorang Lila Imeldasari, kebaya kutubaru yang sempat dianggap “jadul” dan usang seakan-akan terlahir kembali dengan desain yang lebih cerah dan kekinian. Sebagai fashion creator, Lila memang sudah senang memodifikasi pakaian sejak dari kecil. Selain itu, dirinya senang hunting ke pasar pakaian untuk mencari bahan atau pakaian jadi yang kemudian diolahnya kembali.
“Dari tinggal di Jakarta saya senang pergi ke pasar pakaian, ke Pasar Mayestik misalnya untuk hunting bahan atau pakaian jadi yang kemudian saya modifikasi lagi. Hobi ini semakin terpenuhi ketika saya telah bekerja dan menetap di Yogyakarta. Dulu hampir setiap waktu makan siang, saya sempatkan ke Pasar Beringharjo. Mulanya pakaian-pakaian yang saya modifikasi saya pakai sendiri. Tapi kemudian ada seorang teman baik yang tertarik. Saya ingat yang pertama kali membeli pakaian hasil modifikasi saya itu, Ria Papermoon,” kenang Lila bahagia.
Selanjutnya setelah memantapkan untuk mendalami hobi-nya ini, Lila kemudan resign dari tempatnya bekerja, yakni Yayasan Kampung Halaman. Pada 2010, koleksi pakaian Lila mulai meluncur ke khalayak melalui Facebook. Melalui nama Lemari Lila, dirinya ingin membagi kecintaannya akan produk pakaian bergaya etnik yang memadukan kain tradisional dengan desain kasual.
Mbok Jum
Telah tujuh tahun berjalan, produk Lemari Lila terdiri atas kebaya, dress, baju santai, celana etnik, dan kain lilit dengan bahan perpaduan dari kain batik tradisional dan kain polos sehingga cocok untuk digunakan ke berbagai acara. Kebaya Mbok Jum menjadi salah satu koleksi Lemari Lila yang menjadi “primadona”.
“Kebaya Mbok Jum terinspirasi dari ibu-ibu mbok jamu dan penjual pakaian bekas di Yogyakarta. Tampilan mereka itu simpel apa adanya dan terlihat sangat nyaman. Kenapa enggak saya coba memodifikasinya kembali dan rupanya ini digemari oleh para “pembongkar” Lemari Lila – sapaan bagi pembeli Lemari Lila,” ujar Lila.
Tampilan Kebaya Mbok Jum ala Lemari Lila begitu unik. Jika dulu orang-orang tua memakai kebaya dan stagennya terpisah, Lila memodifikasi stagen tersebut untuk langsung menempel dengan kebayanya sehingga tidak usah repot-repot lagi memakainya. Motif dan warna yang dipilih oleh Lila untuk koleksi yang satu ini juga lebih berwarna dan berani untuk saling “menabrak”, misalnya kebaya motif bunga-bunga berwarna biru tua dengan stagennya berbahan lurik berwarna oranye.
Meski tidak memiliki latar belakang menempuh pendidikan fashion, hal ini tak menghalangi Lila untuk menjadi salah satu fashion creator andalan Tanah Air. Koleksinya telah dipakai banyak orang terkenal di negeri ini, Dian Sastrowardoyo dan Adinia Wirasti misalnya. Sempat ter-capture melalui akun IG mereka sedang memakai celana khas Lemari Lila, yaitu Ubet.
[su_carousel source=”media: 32627,32623,32619,32615″ limit=”0″ width=”640″ height=”960″ items=”1″ title=”no” mousewheel=”no”][/su_carousel]
Lila menjelaskan, semua bahan yang digunakan adalah kain Indonesia dan perpaduan antara kain batik, kain lurik, dan kain jumputan. Selain kain dari Jawa, kain dari Bali dan Kalimantan juga dipakai untuk bahan pakaiannya. Para pembongkar Lemari Lila juga tidak hanya di Indonesia saja, pihaknya sudah mengirimkan beberapa produknya keluar negeri.
Dengan mengangkat tema etnik, Lila ingin berkontribusi dalam pelestarian kain-kain tradisional Nusantara. Bukan hanya pelestarian dari bahannya saja tetapi juga para pengrajin kain-kain tradisional Indonesia. Lila juga berkolaborasi dengan Rona Narenda, seorang craft designer untuk menghadirkan sosok “Mbok Jum”. Dengan ini nama Mbok Jum bukan hanya sebagai kebaya, tetapi sosoknya benar-benar dimunculkan oleh Lila menjadi motif unik yang hanya dapat dijumpai di koleksi Lemari Lila.
Lemari Lila bukan hanya dapat ditemui melalui Facebook, Instagram, dan situs web-nya saja, tapi juga melalui toko yang tampak sederhana namun penuh kehangatan di Jalan DI Panjaitan No 45, Mantrijeron, Yogyakarta. Di toko ini, pembongkar Lemari Lila bukan hanya dapat menjumpai pakaian buatan Lila, tetapi juga aksesori bertemakan etnik lainnya karya teman Lemari Lila, seperti Liya Bag, hobo bag perpaduan bahan kanvas dan kulit yang tampak unik.
Kecintaan Lila akan kain-kain tradisional Indonesia dan keberaniannya memodifikasi berbagai macam gaya berpakaian, mendobrak stereotipe pakaian lawas yang sempat dijauhi anak muda, tapi kini malah jadi kegemaran anak muda sehingga tampak lebih kekinian dan lebih “hidup” seakan mengamini Orson Welles, sutradara AS, yang pernah mengatakan “Style is knowing who you are, what you want to say, and not giving a damn”. [ACH]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 4 Januari 2018