Secara kodrati, kaum perempuan memiliki perilaku dan tutur kata yang lemah lembut. Namun, siapa sangka di balik perangai alami itu, perempuan Indonesia bisa berubah menjadi sosok yang gagah berani melawan penjajah Belanda.
Sejarah mencatat, dari berbagai penjuru Tanah Air, ada banyak pejuang perempuan yang dengan gagah berani berjuang membela negeri hingga titik darah penghabisan. Salah satu yang memberi warna tersendiri adalah kisah sejumlah perempuan pemberani dari Aceh, seperti Cut Nyak Meutia.
Baca juga: Nino Garcia Persembahkan Lagu Etnik dan Nasionalisme
Invasi Belanda
Cut Meutia kecil telah menyaksikan penderitaan rakyat Aceh akibat perlakuan semena-mena penjajah Belanda. Tak tahan melihat hal yang menyengsarakan bertahun-tahun, dia bertekad bulat ingin berjuang melawan invasi Belanda.
Akhirnya, keinginan berjuang pun terwujud ketika Cut Meutia menginjak dewasa. Dia menikah dengan pejuang Aceh bernama Teuku Muhammad atau dikenal bernama Teuku Cik Tunong. Bersama sang suami, Cut Meutia aktif berjuang melawan pendudukan Belanda di daerah Pasai, Aceh, dengan menjalankan taktik perang gerilya.
Sayangnya, partner hidup dan perjuangan Cut Meutia ditangkap. Tepatnya pada Mei 1905, tentara Belanda meringkus Teuku Cik Tunong, yang kemudian dijatuhi hukuman tembak mati di tepi Pantai Lhokseumawe.
Namun, sebelum meninggal, Teuko Cik Tunong sempat meninggalkan pesan kepada kawan karibnya, Pang Nanggroe, untuk menikahi istrinya dan merawat anak tunggal mereka, Teuku Raja Sabi. Mengikuti pesan terakhir sahabatnya, akhirnya Pang Nanggroe mempersunting Cut Meutia. Kemudian mereka berdua menjadi kekuatan baru yang melengkapi pasukan Aceh lainnya di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe untuk bersama melanjutkan perjuangan melawan penjajah Belanda.
Baca juga: Ketika Generasi Muda Memaknai Arti Kemerdekaan
Pertempuran
Pertempuran demi pertempuran dilalui sampai akhirnya pasukan Pang Nanggroe dan Cut Meutia terdesak. Bersama pasukan perempuan, Cut Meutia melarikan diri ke dalam hutan. Sementara itu, Pang Nanggroe terus berjuang di medan tempur hingga titik darah penghabisan.
Meski ini kedua kalinya Cut Meutia ditinggal meninggal suami di medan perang, semangat perlawan melawan penjajah Belanda tetap berkobar. Bahkan, bersama pasukannya, Cut Meutia berhasil menembus dan melumpuhkan sebagian besar pertahanan tentara Belanda di daratan Aceh.
Akhirnya, perjuangan Cut Meutia harus berakhir. Sebagai pimpinan perang, dia tentu menjadi incaran utama tentara musuh. Lewat pertempuran sengit di Alue Kurieng, Aceh, Cut Meutia gugur akibat timah panas bersarang di kepala dan tubuh.
Tak pernah ada kata berhenti untuk berjuang membela negeri. Pucuk pimpinan pasukan perang sang ibunda pun diteruskan Teuku Sabi, anak semata wayang Cut Meutia. Semangat nasionalisme yang menggelora dan perjuangan tiada henti melawan penjajah membuat Cut Meutia layak menjadi tokoh pahlawan perempuan nasional yang perlu kita teladani. [*/AJG]
[su_divider top=”no” style=”dashed” size=”1″]
Quote
[su_heading size=”18″ align=”left” margin=”30″] “Penyerahan pimpinan itu aku terima dengan penuh tanggung jawab pada agama dan negeri kita. Akan tetapi, bila pimpinanku kurang sempurna supaya cepat ditegur sehingga segala urusan dapat berjalan lancar dan baik dan supaya kita semua seiya sekata, bersatu hati, dan tidak terpecah belah.” [/su_heading]
Nama : Cut Nyak Meutia
Tempat lahir : Perlak, Keureutoe, Aceh Utara
Tahun lahir : 1870
Wafat : 24 Oktober 1910
SK Presiden : Keppres Nomor 107 Tahun 1964
[su_divider top=”no” style=”dashed” size=”1″]
Opini
[su_row][su_column size=”1/4″ center=”no” class=””][/su_column] [su_column size=”3/4″ center=”no” class=””]Claudina Oscaria (Senior Graphic Designer)
Semangat pantang menyerah Cut Meutia membela rakyat Aceh dari penjajahan patut kita tiru, terutama bagi kaum perempuan di era modern ini. Mumpung masih muda, jangan sia-siakan hidup untuk melakukan hal-hal yang tidak membawa manfaat untuk pengembangan diri kita. Semangat Cut Meutia menginspirasi untuk terus berjuang merealisasikan bermacam tujuan hidup yang saya impikan.[/su_column][/su_row]
[su_row][su_column size=”1/4″ center=”no” class=””][/su_column] [su_column size=”3/4″ center=”no” class=””]Septian Eko Yuliantoro (Guru SMK)
Cut Meutia adalah perempuan luar biasa. Zaman dulu, pahlawan itu identik dengan pria. Namun, Cut Meutia berbeda karena dia menentang kebiasaan karena perempuan kerap dianggap memiliki derajat lebih rendah dari laki-laki dan hanya boleh mengurus rumah tangga. Cut Meutia berani keluarĀ dari kebiasaan itu. Dia membantu para laki-laki Aceh untuk bersama berjuang melawan penjajah. Saat ini, banyak masyarakat yang kurang menghargai perjuangan kemerdekaan. Harapannya, semoga semangat Cut Meutia muncul kembali untuk membela negara dalam kondisi apa pun.[/su_column][/su_row]
Berapa banyak Anda kenal dengan pahlawan nasional kita? Yuk kenali tokoh-tokoh pahlawan berikut ini